[FRP] I.I Counselling Room

OOC: di sini adalah spinn off jadi tidak ada hubungannya dengan RP atau main RP, ini versi lain dari dunia character kita.
Yang boleh ikut adalah member yang sudah memiliki chara dan telah di approved oleh saya. Character lain tidak boleh masuk jika character sebelumnya belum selesai konsultasi dan out dari sini.
=============================

Lokasi: Ruang praktek Klinik Psikologi dan konsultasi milik I.I

Gadis berambut warna indigo dan bermata emas ini sedang merapikan ruangan. Akan ada pasien yang datang ke sini. Ya, untuk konsultasi. Dia ingin membuat para pasiennya itu nyaman ada di ruangan ini.

"Let see... who's the first?"

Raven melirik dengan takut-takut. Dia tidak percaya, bahwa dia telah memasuki rumah sakit, suatu tempat yang paling di bencinya. Ini akibat paksaan, bukan keinginannya sendiri.

Ga..gawat..Belum di periksa saja sudah gemetaran seperti ini, lagi pula..Bau ini..Ukh..Membuatku mual..

Raven menutupi hidungnya lagi, tak sanggup melanjutkan langkahnya ke ruangan tersebut.

OOT: ini bukan rumah sakit, tempat praktek... sebut saja lah bau wewangian ga jelas.

"Ada tamu!" dengan semangat I.I menyambut pasiennya itu dan tersenyum lebar lalu mempersilahkannya untuk masuk. "Panggil saja saya Ai."

I.I berwajah ramah dan mulai bertanya pada pasiennya.
"So, tolong sebutkan nama Anda! Lalu ada yang bisa saya bantu tuan?" tersungginglah sebuah senyuman di wajah gadis ini.

oot: oh, begitu,..ok,..*catat*

Quote :

"Panggil saja saya Ai."

Ai..Ai Enma?..Kayak nama karakter di salah satu anime horror..Kok saya jadi merinding..

Raven mengangguk-angguk saja, tak tau harus ngomong apa, terlalu merinding.

Quote :

"So, tolong sebutkan nama Anda! Lalu ada yang bisa saya bantu tuan?"

"Ano..Ini tempat klinik psikologi kan?" tanya Raven takut-takut.

"HUATSYIUW !!", bersin Elean keras melewati konsultasi penyakit ini.

entah kenapa dia bersin dengan perasaan yang tidak enak.
Elean sebenarnya baik-baik saja, ia hanya bersin-bersin terus dari tadi.

"Tentu saja! Sudah terlihat jelas kan dari palang yang ada di depan tempat ini? kalau tidak percaya, saya memajang sertifikatnya di dinding." I.I menunjuk sertifikat itu dan mengangkat sebelah alisnya saat memperhatikan reaksi Raven.

"Jadi, nama anda adalah? Dan ada masalah apa?" Ulang I.I sambil membetulkan posisi duduknya.

Akhirnya gadis ini menangkap gerakan gelisah Raven. Dia hanya tersenyum geli.
"Rileks saja tuan... saya hanya akan mendengarkan keluhan anda dan akan memberikan solusi, jadi teman mengobrol anda. Saya tidak akan macam-macam pada Anda..."

Quote :

"Tentu saja! Sudah terlihat jelas kan dari palang yang ada di depan tempat ini? kalau tidak percaya, saya memajang sertifikatnya di dinding."

Raven melongo ke atas, bengong melihat sertifikat di dinding itu.

Quote :

"Jadi, nama anda adalah? Dan ada masalah apa?"

Raven sejenak gelisah untuk menyebutkan nama dan masalahnya.

"Ngg..Anu..Itu..," katanya terbata-bata.."Raven Reidsword..Masalahku..Ngg..Aku tak bisa dengan bebas ke rumah sakit atau laboratorium."

Raven langsung mual-mual mengatakannya.

"Dan masih banyak masalah lainnya..Ukh.."

Quote :

"Rileks saja tuan... saya hanya akan mendengarkan keluhan anda dan akan memberikan solusi, jadi teman mengobrol anda. Saya tidak akan macam-macam pada Anda..."

"Baiklah," Raven mencoba untuk rileks walau dia masih gemetaran.

"Hemmm... sulit juga ya... sejak kapan anda mengalami ini? apa alasannya? dan ada masalah apa?" tanya I.I sambil menopangkan dagunya di tangan.

I.I lalu menyuruh Raven untuk duduk atau tiduran di sebuah sofa panjang yang besar. Lalu I.I duduk di sebuah bangku kecil sambil memperhatikan Raven dengan rileks.

"Apa anda ingin sembuh? Kalau begitu ceritakan saja semuanya..."

Quote :

"Hemmm... sulit juga ya... sejak kapan anda mengalami ini? apa alasannya? dan ada masalah apa?"

Raven kaget mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang akan sulit di jawab olehnya.

"Ah, sebenarnya, aku tidak bisa mengatakannya, maaf.."

I.I. menyuruhnya untuk tidur di sofa, Raven menuruti saja apa kata psikolog itu, dan dia mulai duduk, kembali menanyai Raven.

Quote :

"Apa anda ingin sembuh? Kalau begitu ceritakan saja semuanya..."

"Aku ingin, tapi..," Raven berpikir lagi..Apakah salah jika dia menceritakan masa lalunya pada gadis ini?

Mata Raven mulai mengelilingi ruangan itu, dia gugup dan bimbang. Apakah harus menceritakan masa lalunya yang kelam itu padanya?

Sebuah keputusan yang sulit sekali.

"Tuan raven, kalau anda tidak bercerita saya tidak akan bisa membantu. Santai saja." i.i menanggapi diamnya raven.

semakin dilihat raven semakin gugup dan... Bimbang? I.I tersenyum dan bertanya lagi.
"apa anda ingin saya menyalakan lilin aromaterapi? siapa tahu anda bisa rileks."

"Tuan raven, kalau anda tidak bercerita saya tidak akan bisa membantu. Santai saja." i.i menanggapi diamnya raven.

semakin dilihat raven semakin gugup dan... Bimbang? I.I tersenyum dan bertanya lagi.
"apa anda ingin saya menyalakan lilin aromaterapi? siapa tahu anda bisa rileks."

Quote :

"Tuan raven, kalau anda tidak bercerita saya tidak akan bisa membantu. Santai saja."

Ya, itu memang benar..Tapi rasanya sulit sekali menceritakan ulang kejadian itu..

"Baiklah, aku akan bercerita..Tapi kurasa ini agak rumit dan sulit dimengerti," ucapnya lesu.

Quote :

"apa anda ingin saya menyalakan lilin aromaterapi? siapa tahu anda bisa rileks."

Raven tersenyum,"Ah, ya..Mungkin gugupku akan hilang dengan aromaterapi."

"Baiklah, saya akan menyalakan lilin dulu." i.i berdiri dari kursinya. Dia mengambil sebuah lilin lalu menyalakannya dan membawanya ke dekat raven.

"rumit ya? Kalau begitu ceritanya pelan pelan saja. Mulai dari yang termudah menurutmu." ujar i.i dengan senyum menenangkan.

Lilin itu paling tidak memang membuatnya menjadi agak tenang sekarang, Raven menarik nafas, bersiap untuk menceritakan ulang kejadian itu.

Quote :

"rumit ya? Kalau begitu ceritanya pelan pelan saja. Mulai dari yang termudah menurutmu."

"Ngg...Sebenarnya begini..Trauma ku pada rumah sakit dan laboratorium itu..ngg...Sebenarnya berawal dari kejadian dulu, aku pernah di jadikan 'kelinci' percobaan oleh ayahku sendiri, dan itu membuatku trauma dengan hal-hal seperti itu."

Raven tetap tak menceritakan percobaan apa itu, yaitu percobaan untuk menaikan tingkat regenerasi manusia yang di lakukan oleh ayahnya, Rayne Reidsword.

"Oh... ceritakan saja semua ini." I.I sedikit memancing Raven.

"Nah... mungkin cara pertama yang harus kamu lakukan adalah mengunjungi rumah sakit itu sendiri dan diam sebentar di sana. Rasakan dan pikirkan, kenapa sekarang kamu harus takut." I.I memberikan sebuah saran. Semoga saja berhasil.

Quote :

"Oh... ceritakan saja semua ini."

Dan bodohnya lagi, Raven terpancing oleh kata-kata I.I.

"Percobaan itu, percobaan yang selalu membuat tubuhku sakit jika semua luka-lukaku sembuh. Yah, seperti...Ber-regenerasi dengan cepat."

Raven terkejut, dia telah menceritakan itu semua. RAHASIANYA SELAMA INI.

Quote :

"Nah... mungkin cara pertama yang harus kamu lakukan adalah mengunjungi rumah sakit itu sendiri dan diam sebentar di sana. Rasakan dan pikirkan, kenapa sekarang kamu harus takut."

Diam di sana..Dan pikirkan kenapa aku harus takut? Mungkin akan kucoba kapan-kapan

Raven keburu merinding sendiri membayangkan harus berdiam di rumah sakit.

"hihihi..." i.i tertawa kecil melihat raven.

"anda ingin sembuh dengan cepat tidak tuan raven?" i.i tersenyum padanya. "jika jawabannya ya, maka anda harus pergi ke sana. Tidak nanti atau lain kali."

"kalau begitu sekarang begini saja. Anda tidurlah di sofa itu dan santailah. Nah, setelah itu pikirkan soal rumah sakit." i.i menyuruh raven untuk mengikuti instruksinya.

"hihihi..." i.i tertawa kecil melihat raven.

"anda ingin sembuh dengan cepat tidak tuan raven?" i.i tersenyum padanya. "jika jawabannya ya, maka anda harus pergi ke sana. Tidak nanti atau lain kali."

"kalau begitu sekarang begini saja. Anda tidurlah di sofa itu dan santailah. Nah, setelah itu pikirkan soal rumah sakit." i.i menyuruh raven untuk mengikuti instruksinya.

Quote :

"anda ingin sembuh dengan cepat tidak tuan raven?"

Raven buru-buru mengangguk, dia memang ingin sembuh, tapi rasanya itu mustahil.

Quote :

"kalau begitu sekarang begini saja. Anda tidurlah di sofa itu dan santailah. Nah, setelah itu pikirkan soal rumah sakit."

Pikirkan soal rumah sakit ya... oke, pikirkan... bau itu, obat-obatan, darah, dan... AAAAAAAAAAAKH imajinasi Raven mulai berjalan lagi, rasanya dia tak sanggup untuk memikirkan itu semua, benar-benar sulit, sudah stadium akut mungkin.

"Ah, maaf... sepertinya trauma-ku ini sulit dihilangkan, dan OH YA! Masih banyak pasien anda menunggu di luar... ngg, saya harus, memberi makan si meong," Raven buru-buru menghindar dengan alasannya 'memberi makan kucing' yang memang tak masuk akal.

"menghindar terus seperti itu tidak akan berhasil tuan Raven..." I.I tertawa... menyeramkan. Dia ingin pasiennya sembuh.

"Kalau begitu setelah anda keluar dari sini, pergilah ke rumah sakit yang hanya berselang beberapa bangunan saja dari sini. Saya akan mengirim seseorang untuk mengawasi anda sehingga saya juga tahu perkembangan anda. Jadi nanti saat anda konsultasi lagi kita bisa lebih fokus." I.I tersenyum dan memanggil seseorang.

"Nah, terima kasih atas kunjungan anda, nanti saya akan berikan tagihan pengobatannya pada anda." kali ini dia benar-benar tersenyum licik.

Quote :

"Kalau begitu setelah anda keluar dari sini, pergilah ke rumah sakit yang hanya berselang beberapa bangunan saja dari sini. Saya akan mengirim seseorang untuk mengawasi anda sehingga saya juga tahu perkembangan anda. Jadi nanti saat anda konsultasi lagi kita bisa lebih fokus."

APA? SESEORANG YANG MENGAWASIKU? Ah..tidak... aku benci ini...

Wjah Raven langsung berubah pucat, itu sama saja pemaksaan agar dia menuju rumah sakit. Pemaksaan yang menyeramkan. Raven gemetar melihat senyum I.I. yang menurutnya beda dari biasanya.

Quote :

"Nah, terima kasih atas kunjungan anda, nanti saya akan berikan tagihan pengobatannya pada anda."

Ahh...Harusnya aku tidak ke sini, ini mengerikan

"I...iya...sama-sama," hanya itu yang bisa keluar dari mulut Raven, Raven buru-buru ngibrit, menghindari orang yang akan menemaninya ke rumah sakit itu.


[Raven=out>lanjut ke pasien lainnya]

[Qwerty in :3]

... Nona muda berambut perak ini membuka pintu ruangan itu dengan pelan... ehm, coba lihat siapa yang ada di sana?

"Oh... permisi," ucapan sopan, maksudnya sih agak grogi atau ya... semacam itu. Dilihatnya seorang wanita tengah duduk di kursinya, tampangnya biasa saja tapi memasuki ruangan bertema psycho alias kejiwaan agaknya membuat Qwerty bingung.

"Eng... katanya Qwerty boleh masuk duluan?" tanyanya lagi, agak ragu mengingat di luar masih ada beberapa orang.

"Oh! Tentu! Silahkan masuk!" I.I langsung menarik gadis polos itu dan mendudukkannya di kursi.

I.I langsung memasang tampang manis dan senyum ramah.
"Nah, nona... apa kabar? Ada masalah apa?"

"Aiiih~" lagi-lagi ia diseret seperti itu. Qwerty memang jadi selalu diseret-seret.

Ah ya, ia kemudian duduk di kursinya, menatap si psikiater dengan kedua mata bulat besarnya. Dan itulah pertanyaannya, adakah sebuah masalah?

Langsung saja ke topik pembicaraan, "Ah ya, begini, Qwerty punya masalah! Masalahnya... masalahnya Qwerty tidak bisa ingat apapun sejak setahun yang lalu. Apa karena kepala Qwerty pernah terbentur ya?" ia mulai bercerita soal amnesia luar biasanya.

Walau sebenarnya punya psikolog pribadi tetap saja Qwerty penasaran soal masa lalunya tiap orang lain bercerita soal masa lalu mereka.

"hemm... Kasus yang berat... Sepertinya bukan karena terbentur nona." jawab i.i dengan pose serius.

"kalau kau ingin ingat kembali, mungkin ada baiknya kalau kau mencari barang-barang yang berkaitan dengan masa lalu anda." ujar i.i ringan sambil berputar dengan kursinya.