[RP] Chemistry class

OOT: Finally!! RP saya buka karena koneksi antar character sudah mulai terhubung.

Setting: pelajaran IPA hari selasa. Kelas Astronomi dan umum bergabung. kelas 2.

Ketentuan: hanya yang mengambil pilihan Kimia yang boleh masuk ke kelas ini.

Bel sudah berbunyi, tandanya pelajaran Kimia akan segera dimulai. Akira mengenakan jas lab-nya dan mempersiapkan bahan pelajaran hari ini. Dia sudah stand by di mejanya yang ada di depan kelas.

Satu per satu para murid mulai memasuki kelasnya. Di kelas inilah para murid dari jurusan umum dan Astronomi bisa berbaur dalam satu ruangan, ya di laboratorium kimia.

"Oke, selamat siang semuanya. Mari kita mulai pelajaran hari ini. Materi hari ini adalah mengenai titrasi Asam-Basa. Kalian akan duduk berpasangan sesuai dengan nomor undian yang akan saya bagikan. Secara berpasangan kalian akan melakukan percobaan di jam pelajaran ke dua. Sekarang saya akan meminta kalian mengambil no di kotak ini dan duduk berpasangan. Saya juga akan menjelaskan sedikit materi hari ini." Akira menjelaskan di depan kemudian berkeliling sambil membawa sebuah kotak berisi no undian.

Seorang gadis bermata merah yang duduk paling belakang dan sejak tadi hanya tertunduk membaca buku, tiba-tiba saja menengadahkan wajahnya begitu mendengar guru Kimia mereka, Akira Mizushima, memberikan kalimat-kalimatnya. Ia lalu segera memasukkan bukunya dan mengeluarkan buku-buku kimianya.

Namun ia agak kaget karena pada jam ini ia harus belajar dengan berpasangan. Oh, kenapa harus berpasangan sih? Julie lebih suka belajar sendiri, karena ia yakin ia takkan bisa bekerja sama dengan partner-nya, siapapun dia.

Apalagi kalau dia harus sampai berpasangan dengan Levin.

Ia mengalihkan wajahnya, mencari sosok cowok berambut merah tersebut. Ia menghela nafasnya lega, karena ia tak melihat sedikit pun batang hidungnya. Mungkin cowok itu bolos pelajaran lagi. Sudahlah. Kemudian setelah mengumpulkan keberanian dan mengambil nafas panjang, ia berjalan keluar dari kursinya untuk mengambil nomor undian yang berada dalam kotak yang dipegang Akira.

Julie lalu memasukkan tangannya pada kotak tersebut, dan mengambil sebuah kertas kecil dimana akan terdapat angka yang menentukan nasibnya. Dengan perlahan ia mengambil kertas itu dan melihat nomor berapa yang ia dapat.

"Nomor 3." ucapnya pelan, nyaris tak terdengar.

Selene baru selesai mengambil no undian setelah sebelumnya digoda terlebih dahulu oleh Akira. Kalau ini bukan di kelas, dia pasti sudah menampar guru itu.

"hmmm... no. 3" Selene langsung mencari pasangannya. Dia kurang suka bekerja berkelompok karena orang2 di kelompok itu akan segan padanya dan membuat kerja jadi terhambat. Mereka segan dengan status Selene sebagai anak kepala sekolah sekaligus ketua OSIS Astronomi.

Selene menemukan seorang gadis yang juga memegang nomor yang sama dengannya.
"jadi kamu pasanganku? mohon kerjasamanya." Selene langsung menghampirinya dan duduk di meja itu.

Julie merasa kaget ketika mengetahui bahwa sang ketua OSIS-lah yang ternyata menjadi partnernya. Oh, lengkap sudah, pelajaran kali ini mungkin ia takkan bisa berkonsentrasi karena terlalu gugup.

Ia mengikuti Selene dan duduk di sebelahnya. Ia menunduk, kemudian mencuri-curi pandang sejenak pada gadis itu. Ia tak tahu harus berbicara apa padanya, ia pikir mungkin omongan mereka pada akhirnya akan sama sekali nggak nyambung. Oh, sudahlah katakan apa saja! pikirnya. Namun ia takut pada akhirnya ia akan salah berbicara dan malah menyinggung perasaan sang ketua OSIS tersebut.

"Mo-Mohon bantuannya..." ucapnya dengan logat Amerika-nya yang khas. Akhirnya...

Hari ini hari Selasa dan jam pelajaran kimia, artinya... Siswa-siswi umum dan kejuruan digabung menjadi satu dalam laboratorium kimia dengan Akira-sensei, sang guru kimia Ouranus Academy. Emery seperti biasa membawa sebuah binder berukuran B5 bercover putih dengan bunga-bunga berwarna biru pastel sebagai hiasan.

Ia pun mengambil nomor undian dengan harapan mendapatkan nomor 1 karena itu nomor kesukaannya. Akhirnya ia membuka kertas undian tersebut sambil baca jampe-jampe 'haminah haminah haminah'. Nomor yang tertera di situ adalah '9'.

"Nomor sial" Emery hanya menatapi kertas bernomor 9 tersebut dalam-dalam. Setiap ia mendapatkan nomor 9, yang ada hanyalah kesialan. padahal itu tanggal ultah PMnya, hiks. "Siapa yang dapat nomor 9 yah?" tanya Emery ke seluruh penjuru kelas yang membuat teman sekelasnya berusaha tidak mendapat nomor 9.

Ternyata gadis yang waktu itu. Selene sudah mencari tahu tentangnya.
"Julianne Lana Hirano, murid yang berasal dari Amerika. Sepertinya bahasa jepangmu juga tidak fasih." Selene langsung mengatakan to the point.

"jangan terlalu tegang santai saja. Aku yang akan melakukan percobaan, kau cukup memperhatikan dan menulis jurnalmu saja." sifat nona besar Selene kambuh dan dia langsung mempersiapkan alat dengan cekatan.

"H-How...?"

Julie sempat tersentak kaget. Bagaimana bisa Selene mengetahui namanya? Padahal selama ini tak pernah ada seorang pun yang mengingat namanya dengan benar. Orang-orang cenderung memanggilnya nerdy, dan tetap nerdy sampai-sampai guru-guru pun mengira namanya memang benar adalah nerdy. Tapi kali ini berbeda...

Okay, ia akui, itu di Amerika. Di Jepang tentu saja akan berbeda. Lagipula Selene sendiri adalah ketua OSIS, wajar kan kalau ia mengetahui nama-nama murid di Ouranus Academy?

"Ba-Baik." Ia lalu segera mengambil alat tulis dan jurnalnya untuk segera mencatat.

Hari itu benar-benar hari yang cukup sulit bagi Ethan.

Sekarang dia harus mengambil kertas undian yang menentukan hidup dan matinya menentukan akan bersama siapa dia duduk nanti. Ethan berdo'a supaya siapapun yang akan menjadi temannya, dapat menerimanya apa adanya tentu saja.

Ethan mengambil kertasnya dengan perlahan, dan membukanya pelan-pelan. Dia berharap bukan angka 6, atau angka-angka keramat lainnya.

"Er, 9, untung saja," Ethan menghembuskan nafasnya dengan lega, bukan nomor 6. Tapi dia belum mengetahui dengan siapa dia berpasangan.

Ethan baru mengetahui angkanya saja, dan tidak akan pernah menduga siapa yang akan menjadi teman sebangkunya.

oot: rusuh ya?

Julie masih mencatat apa yang sedang dilakukan Selene ketika tiba-tiba saja ia merasakan sesuatu yang menggelitik di kakinya. Tubuhnya serentak merinding dan ia segera menghentikan kegiatan menulisnya. Dengan mengumpulkan keberanian, ia lalu melihat ke arah kakinya dan ternyata...

"KYAAAA~ KECOAK!!!" teriaknya sambil melompat kaget dan sialnya menyenggol beberapa gelas kimia yang berisi NaOH dan kawan-kawannya hingga terjatuh dan pecah.

Quote :

"Er, 9, untung saja,"

Seseorang menyebut angka 9. Emery langsung melihat ke kanan dan ke kiri hingga menemukan Ethan dengan kertas undian bernomor 9 tentu saja. Ucapan Ethan sedikit membuat Emie bingung dan senang sekaligus karena biasanya mereka yang berkelompok dengan Emie, kecuali Sei, selalu menganggapnya nasib sial. xD

"Ethan~" Emie melambai-lambai ke Ethan yang baru saja menghembuskan nafas tanda kelegaan terhadap sesuatu. Mungkin ia akan menghela nafas lagi mengetahui partnernya orang seperti Emery *digebuk*

Quote :

"KYAAAA~ KECOAK!!!"

*dziing* Emery sangat peka dengan teriakan ini karena sewaktu SMP dialah biang keladi adanya kecoak di ruang kelas *plak plak plak*. Dengan sigap ia mengambil cutter dari pouchnya dan menghampiri Julie yang menjatuhkan beberapa gelas kimia berisi NaOH. [NaOH apaan pula *PM dodol*].

"Mana kecoaknya?" Emery sudah bersemangat untuk menyiksa sang kecoak. Maklum, psycho. *digampar*

Air mata jatuh menetesi kedua pipinya seiring dengan wajahnya yang berubah pucat. Okay, hebat sekali Julianne, kau sudah menarik perhatian semua orang yang ada di dalam sini. Apalagi kau juga sudah menjatuhkan beberapa gelas kimia yang berisi cairan NaOH dan H2SO4 serta CH3COOH hingga jatuh pecah dan cairannya meleber di lantai.

Oh, bagaimana ia akan mendapat kesan bagus di mata guru setelah kejadian memalukan ini?

"T-That's it! The one on my leg!! Please~ Take that thing off my leg! I loathe cockroaches very much!!" serunya dengan bahasa Inggris (bukan bahasa Jepang saking paniknya) sambil memelas pada seorang gadis yang diketahuinya bernama Emery. Sesungguhnya ia lebih takut kecoa daripada dibenci guru-guru.

Namun melihat Emery membawa cutter membuat bulu kuduknya merinding. "W-What are you gonna do w-with that?"

"Astaga... hirano-san tolong tenang." dengan santainya Akira menginjak kecoa itu. lalu akira membetulkan gelas-gelas itu.

"Hirano, cepat ambil kain lap di sana." akira menunjuk ruang penyimpanan alat-alat kebersihan. "untung saja NaOH yang dipakai bukan yang pekat..."

"Emery dear, bisa tidak kamu simpan kembali cutter-mu?" Akira agak ngeri juga melihat muridnya yang satu itu sangat bersemangat.

"Oke, semuanya harap tenang. Sekarang tolong kalian lakukan instruksi sesuai dengan yang ada di lembar kerja kalian. Kerjakan sesuai dengan yang tercantum di sana dan dengan akurat." Akira mulai serius sekarang.

Quote :

"Ethan~"

"Eh?" wajah Ethan yang tadinya sudah pucat bertambah pucat lagi sampai-sampai sekarang dia sudah seperti mayat hidup."Kertasnya tidak salah kan?" Ethan mengecek ulang kertas undiannya, tapi disana tertera angka 9.

Coba pikir lagi. 9 adalah huruf 6 yang dibalik. Apa jangan-jangan sebenarnya undiannya berisikan nomor 6? Ethan shock sekali hari itu. Pandangannya langsung menjadi kabur mengingat angka 6.

Quote :

"KYAAAA~ KECOAK!!!"

Ethan sampai-sampai tidak mendengar teriakan itu. Dia terlalu shock hari ini.

Mendengar perintah Akira, Julie lalu menyeka air matanya dan segera berlari untuk mengambil kain lap pel yang terletak di pojokan laboratorium. Ia lalu segera berlari kembali dan membersihkan cairan NaOH yang sudah meleber, sekaligus berhati-hati agar cairan basa itu tak mengenai tangannya.

Setelah selesai, ia lalu membersihkan kain lap itu dengan mencucinya dan kemudian segera berlari menuju Akira. Ia membungkukkan badannya--sesuai dengan apa yang diajarkan ayahnya mengenai budaya orang Jepang--sambil meminta maaf pada guru kimia tersebut.

"G-Gomenasai, sensei! Maafkan saya! Maaf... Maaf..." ucapnya lirih sambil menangis lagi.

Quote :

"W-What are you gonna do w-with that?"

Gadis ini, sankin histerisnya sampai bahasa aslinya keluar, bahasa inggris. Entah apa yang ia takutkan saat ini. Apakah kecoak, diomelin guru atau Emery? Mungkin semuanya kali? xD.

"Relax.. I'll just take, stab dan dissect it a bit" Emery mulai menggila, inilah alasan ia mengambil pelajaran biologi. [padahal PMnya bedah ikan aja takut].

Quote :

"Emery dear, bisa tidak kamu simpan kembali cutter-mu?"

Kali ini Akira-sensei yang ambil bagian memperingatkan Emie. Ia melihat sang guru sebentar dan akhirnya memilih untuk menuruti dan melanjutkan kembali pelajaran.

Keadaan kelas seketika menjadi kacau. Ethan sudah cukup shock dengan kertas undiannya, angka 9 sekarang terlihat seperti angka 6 baginya.

Daripada melihat kekacauan yang menjadi-jadi, Ethan lebih memilih untuk memperhatikan Akira yang mulai memberikan instruksi, sepertinya sebentar lagi kelas akan berjalan dengan serius.

Quote :

"Oke, semuanya harap tenang. Sekarang tolong kalian lakukan instruksi sesuai dengan yang ada di lembar kerja kalian. Kerjakan sesuai dengan yang tercantum di sana dan dengan akurat."

Ethan semalam sudah mempelajari teori dan cara-cara dalam praktik laju reaksi. Tapi entah apa materi yang akan diberikan guru mereka hari ini.

"Pak Akira."

Prestious berdiri di depan pintu lab kimia, tidak masuk.

"Ada surat ijin sakit dari siswa." katanya datar.

"Piket meminta saya menyerahkannya pada anda, dan ada paket juga." kata Prestious seraya melihat ke sampingnya, sebuah dus yang tampaknya berisi gelas-gelas kimia.

"Saya diminta mengirimnya pada anda. Dan anda diminta menandatangani surat ini." katanya lancar bagaikan jalan bebas hambatan.

"Satu lagi, pengirimnya juga minta maaf karena pengirimannya terlambat."

"Geez... oke..." Akira menandatangani dengan cepat dan membawa paket itu ke kantornya yang ada di belakang lab.

"Nah, sekarang mengenai titrasi asam basa. Pastikan yang ada di dalam gelas kimia kalian adalah cairan asam lalu kita akan mengukur pH-nya dengan menggunakan NaOH." Akira menjelaskan semua detail percobaan itu pada para murid.

"yak selamat mengerjakan." Akira mengambil kursi dan duduk di mejanya. Dia memperhatikan para murid, apalagi yang ceroboh seperti Julie.

Julie lalu kembali ke tempat duduknya, masih tegang dengan kejadian itu. Ia lalu melirik-lirik sejenak ke arah Selene di sebelahnya, sangat takut apabila partnernya itu akan marah padanya, akan membencinya. Ia menelan ludahnya sejenak dan mengumpulkan keberaniannya.

"Ma-Maafkan aku, Miss Fellini. NaOH punya kita jadi tumpah... Maaf ya..." ucapnya sambil menundukkan wajahnya, terlalu takut untuk menatap kedua mata hijau Selene.

Selene menatapnya datar.
"Ambil lagi NaOH-nya. jangan sampai tumpah." Selene menyuruh julie

"haah... jadi harus dihitung sampai detail ya..." Selene mulai merakit dan menakar cairan-cairan asam yang diperintahkan tadi.

Julie mengangguk, ia lalu kembali lagi pada catatan di depannya. "Mmm.. N1.V1=N2.V2.. Mmh begini ya?" ucapnya berbicara sendiri dengan intonasi pelan.

"Miss Fellini.." tanyanya tiba-tiba. "Nona menganggapku teman?"

Quote :

"Nah, sekarang mengenai titrasi asam basa. Pastikan yang ada di dalam gelas kimia kalian adalah cairan asam lalu kita akan mengukur pH-nya dengan menggunakan NaOH."

Dan ternyata hari ini adalah praktik mengenai titrasi asam basa. Ethan sudah pernah membacanya, tapi entah apakah dia bisa menyelesaikan praktik kali ini dengan lancar.

Ethan memulai praktik hari itu, NaOH yang sudah dituangkan ke dalam buret kemudian membuka kran sedikit demi-sedikit sehingga tetesan NaOH menuju ke labu Erlenmeyer yang isinya HCl.

Semoga saja tidak salah

Ethan meneruskan ke langkah-langkah selanjutnya, dan akhirnya Ethan pun menyelesaikannya sampat Titik akhir titrasi, tidak lupa juga dengan rumusnya NxVasam = NxVbasa.


"Er.... Benar tidak ya?" Ethan ragu, mengingat jika menyangkut teori pelajaran dia cukup lemah, tetapi praktek kali ini dia sudah cukup mengerti. Yaitu reaksi menetralkan asam basa. Tapi tetap saja Ethan ragu.

Selene menjawab pertanyaan Julie,"Apakah berkenalan beberapa jam saja sudah dianggap teman? Aku belum menganggap demikian."

"Lagipula, melihat wajahmu membuatku ingat dengan seseorang yang menyebalkan." Selene langsung sebal mengingatnya saja.

"Sudah, kerjakan saja jurnalnya, sebentar lagi juga selesai." Selene kembali pada pekerjaannya.

Lalu dia melihat Ethan yang sepertinya kesulitan.
"Sudah benar kok, hitung saja." Selene membenarkan.

Julie terdiam mendengar jawaban Selene. Ia mengerti. Mana mau sih kalangan atas sepertinya mau berteman dengan nerdy sepertiku ini? Pikirnya. Mungkin ia takkan memiliki teman lagi disini, kecuali dengan sesama nerd juga tentunya.

Ia menundukkan wajahnya, bermaksud kembali berkutat dengan rumus titrasi di depannya. Untungnya ia sudah pernah mempelajari ulang tentang materi ini sebelumnya sehingga ia masih ingat bagaimana metode praktikum, analisis, dan perhitungannya.

Namun perkataan Selene membuat fokusnya kembali pada sang ketua OSIS tersebut. "Mengingatkan dengan seseorang yang menyebalkan? Segitu miripnya-kah aku dengan dia? Kalau begitu apa karena itu nona jadi membenciku?"

Quote :

"Lagipula, melihat wajahmu membuatku ingat dengan seseorang yang menyebalkan."

Ethan menyimpulkan, seseorang yang dimaksud oleh Selene mungkin Levin?

Mendengar Selene yang sudah membenarkan, sekarang Ethan sudah mulai lega, dan kembali melanjutkan menghitung. Ya tapi dalam urusan hitung-menghitung Ethan bukanlah ahlinya. Jadi dia hanya berusaha sebisanya saja, dan ingin praktikum hari itu segera selesai.