[PRE-RP] The connection between us

"Akira Mizushima." Akira membetulkan namanya yang disebut Akika.

"Makanya jangan berlari dengan sepatu hak tinggi. Jadinya keseleo. Kau tahu tidak, ruang kesehatan juga sudah dikunci." Akira menyampirkan tas itu di tangannya lalu tanpa ragu-ragu dia langsung menggendong Vanessa.

"Kau tinggal di asrama atau di luar? Atau mau mampir dulu ke asramaku untuk di obati? Aku tinggal di asrama guru." Akira mulai membawanya ke luar gedung. Tapi dia sendiri bingung harus membawanya kemana.

"Kenapa kau tiba-tiba kesal, nona Selene? Apa dia mengingatkanmu pada seseorang?" tanya Prestious seraya tersenyum pada Selene, dan melihat Julie, jelas ia mengenalnya, tapi menurut Prestious, hal itu lebih baik tidak diberitahukan pada Selene.

"Sudahlah, tak perlu kau hiraukan dia, ayo." kata Prestious seraya mendorong pelan bahu gadis itu menjauhi Julie.

"Kau mau mengajakku ke mana Mr. Fohn?" Selene melihat apa yang dilakukan oleh pria itu padanya. Selene merasa... aneh dengan perlakuan ini, walaupun Akira sudah biasa melakukan hal itu.

"Mr. Fohn. Anda tidak pulang? bukankah sekarang sudah jam pulang? saya juga akan segera pulang ke asrama." Selene bertanya, tapi pertanyaan itu seperti mengindikasikan kalau dia ingin pulang bersama Prestious.

Mendengar ruang kesehatan yang sudah ditutup, wajah vanessa jadi pucat pasi. Bagaimana caranya dia pulang coba?

bagaimana ini-bagaimana ini-bagaimana ini?!

ketika sedang berpikir, akira menggendongnya. "a..awawawawawawawawa! Ada apa ini?" kata vanessa panik. Mendengar niat akira untuk mengobatinya di asramanya, vanessa berpikir lagi.

"baiklah tuan akik...maksudku, akira. Aku minta tolong..soalnya rumahku cukup jauh dari sini. Aku...aku tidak bisa pulang kalau begini caranya." katanya sambil menunjuk bagian kaki yg sakit.

Akira mengangkat sebelah alisnya, "Oh, jadi kau tidak tinggal di asrama."

Akira akhirnya membawa gadis itu pulan ke asramanya dan mendudukannya di sofa yang ada di ruang tengah. "Duduklah dulu di situ, aku akan membawakan kompres dan lainnya."

Akira pergi ke dapur dan mengambil sekotak es lalu dia juga mengambil kotak P3K dan membawanya ke ruang tengah. Merasa kalau es tidak efektif, akhirnya akira menyemprotkan sesuatu pada kaki Vanessa lalu membebatnya kencang dengan plaster khusus.
"Aku yakin kakimu masih belum bisa digunakan untuk berjalan jauh. Bagaimana kalau kuantarkan saja pulangnya. Kalau kau besok masih tidak bisa jalan telepon aku. Aku akan menjemputmu. Oh, dan sebaiknya kalau memang tidak sanggup bagaimana kalau menginap di asrama ini, tepatnya di salah satu asrama milik teman perempuanmu." Akira berceloteh sambil terus membereskan peralatan yang digunakannya tadi.

"Jadi bagaimana?" Akira mengambil kunci mobilnya dan sudah siap dengan jaket di tangannya.

"Kau sudah mau pulang? Biar aku yang mengantarmu, kalau begitu." Prestious menawarkan dirinya.

"Mobilku ada di halaman, jadi, kita langsung saja kesana." lanjut Prestious lagi seraya menggenggam pergelangan tangan Selene, dan tersenyum lembut. Ia tidak memberikan kesempatan pada Selene untuk menolak tawarannya itu.

"Mr. Fohn! Aku tinggal Asrama yang jaraknya sangat dekat! Aku tinggal di asrama Ouranus!" Selene menghentikan langkahnya dan berusaha melepaskan tangannya,"jalan kaku juga bisa kan?"

Selene tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan gurunya yang satu itu. Benar-benar kurang kerjaan pakai mengantar dengan mobil ke asrama.

Prestious yang mendengar itu, agak salah kaprah, kehilangan ketenangan dan sikap coolnya untuk sesaat, terbengong. Beberapa detik kemudian, ia baru menguasai diri.

"Ah, iya, kita jalan kaki saja."

Ia belum melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tangan Selene.

Di sepanjang jalan menuju asrama, angin sore berhembus, tidak kencang, namun cukup dingin.

*srek* Prestious menanggalkan jaketnya dan memakaikannya pada Selene, dan tersenyum lembut pada gadis itu.

"oh, terima kasih." selene benar2 merasa aneh. Apa yg dilakukan gurunya itu sekarang?

"mr. Fohn, kenapa anda melakukan semua ini pada saya? Dalam rangka apa?" selene yg penasaran akhirnya bertanya juga.

Vanessa melihat akira yang bersiap mengantarnya. Namun dia tidak ingin merepotkan orang itu, jadi dia mencoba berdiri dari duduknya. "ti..tidak usah, aku pulang sendiri saja." katanya.

"lagipula, aku belum punya teman perempuan yang tinggal di sini. Ukh....sakit" katanya sambil kembali duduk karena tidak kuat menahan sakit di kakinya. "kalau kamu tidak keberatan, aku pulang sendiri saja. Tapi aku butuh istirahat...dan....PERMEN! Kamu mau?" vanessa merogoh saku tasnya dan menawarkan permen ke akira

Prestious berpikir sebentar, sambil terus berjalan, lalu tersenyum pada Selene.

"Aku sendiri tidak mengerti kenapa aku ingin melakukannya, ada sesuatu yang menarikku dalam dirimu, Selene, tapi apa itu aku belum tahu." jawab Prestious.

"Jadi, untuk sekarang, belum ada alasan khusus" lanjutnya lagi.

Selene terdiam dan menyipitkan matanya. Dia merasa ada hal yang tidak wajar.
"Dasar orang aneh... terserahlah."

Selene melepaskan genggaman itu dan berjalan sendiri, tapi masih berjalan di samping Prestious. Perasaannya agak tergelitik karena baru kali ini dia bertemu dengan orang macam Prestious. Berbeda dengan Akira yang langsung mengatakan perasaannya pada Selene.
===================================
Akira menghela nafas panjang dan berkata,"tidak terima kasih untuk permennya." Akira langsung memegang kaki yang sakit itu.

"Segini kau bilang mau pulang sendiri? jangan bercanda! Biar kuantar saja!" Akira menggendong Vanessa lagi, lalu melhat Vanessa, muncullah ide isengnya.

"Atau... kau mau menginap di sini, sayang?" Akira tersenyum jahil pada Vanessa. Yah... kambuhlah si Akira 'penggoda'

^itu pairing satu penggoda satu seductive @_@


Akhirnya Prestious dan Selene sampai di depan asrama putri.

"Baiklah, Selene, aku antar sampai sini saja, jaga dirimu, ya?" Prestious lantas membelai lembut rambut Selene.

Ia lalu beranjak pergi, namun belum sepenuhnya menghilang dari pandangan Selene.

Selene agak kaget selama beberapa detik ketka dibelai rambutnya. Kemudian wajahnya kembali jutek sambil mengelus rambutnya sendiri yg tadi dielus oleh Prestious.
"Apa maksudnya orang itu sih? Perhatian yg berlebihan dari seorang guru..." Selene bergumam sendiri.

Dia melihat sosok Prestious yang makin lama makin menjauh kemdian dia memutuskan untuk masuk ke dalam asrama. Sambil memikirkan apa maunya si Mr. Fohn itu. Selene agak bingung karena pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.

kaget karena digendong lagi oleh Akira, Vanessa agak sedikit meronta kali ini. "awawaawawaaaaaaa....lepaskan aku...se..setidaknya aku bisa berjalan sendiri kok..." katanya berdusta. (uda jelas tadi dia kesakitan sampe ga bisa jalan)

"EEEEEEEEEEEEH??! menginap di sini?! aku tidak bawa baju ganti!!"

ok, penolakan yang salah. setidaknya itu baru Vanessa sadari 5 detik kemudian setelah dia berbicara begitu pada akira yang menawarkan dirinya menginap di asrama akira.

harusnya aku bilang, "tidak etis rasnaya aku menginap disini" tapi kenapa aku berbicara seperti itu!!!"

Akira langsung meyipitkan matanya dan senyumnya makin lebar," jadi kau memang mau menginap di sini?"

Akira menatapnya lama dan akhirnya tertawa juga melihat reaksinya.
"hahahahahaha... harusnya kau lihat sendiri ekspresimu!"

"ehm... jadi mau kuantar pulang? dengan kaki begitu kamu tidak akan bisa pulang loh. Tadi kamu bilang tidak apa-apa? yakin? kalau aku berjalan dan kau bertumpu pada kakimu pasti rasanya sakit sekali." Akira menawarkan lagi dengan lebih normal. Dia tau batasan untuk menggoda seorang wanita. Hei, dia itu rekan kerjanya.

"so... the final answer is....?" Akira jadi tidak sabar juga dengan nona manis yang satu itu.

Levin tampak berjalan-jalan di dekat ruang guru sambil bersiul dengan kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya. Ia tahu seharusnya ia tak berada disini pada saat-saat begini, namun ia tidak peduli. Ia sedang bosan sekarang dan ingin mencari sesuatu yang 'menyenangkan' dirinya.

Tanpa sengaja dilihatnya Akira, partner-in-crimenya tampak sedang menggoda seorang wanita. Ia tak tahu siapa wanita itu, namun ia mengasumsikan wanita itu adalah guru, entah guru apa. Levin pun menyeringai lebar melihatnya.

"Suit.. Suit.. Pacaran malam-malam begini tidak baik lho! Tahan hormonmu ya, Akira-sensei!" godanya sambil berseru pada dua guru di depannya itu.

OOT: @^lepin salah tempat dan timeline~
==================================================
timeline: Malam
Lokasi: Asrama guru
==================================================
"ah, sekali lagi tidak usah, tuan akira...lagipula......lihat! aku sudah bisa berjalan dengan baik sekarang!" katanya sambil mulai berdiri dan berjalan. meskipun sudah berjalan, Vanessa terlihat masih menahan sakit.

sambil menahan sakit, dia mengambil tasnya dan membungkuk mengucapkan terimakasih pada akira. "terimakasih ya atas perawatannya" katanya sambil tersenyum manis.

saat hendak memakai sepatunya, dia melihat pintu depan yang terbuka dan melihat seorang murid di sana. "wah? ada murid malam-malam begini di asrama guru?" tanyanya pada Levin

"Ah... bocah ini memang selalu mencari masalah... apa kau yakin tidak mau diantar? Kau tidak bisa berbohong nona Vanessa. Bohong itu dosa." Akira adalah seorang gantle man yang tidak bisa membiarkan seorang wanita yang sedang terluka pulang sendirian, dengan jarak yang jauh pula.

"Lagian sekarang kan sudah malam, rumahmu juga jauh, berbahaya sekali... apalagi..." Akira melihat Vanessa dari ujung rambut hingga ujung kepala,"lebih baik kuantar saja. kau hanya membuat dirimu makin tidak bisa bekerja besok." Akira masih membujuknya.

vanessa akhirnya terduduk di lantai. dia tidak tahan dengan sakit di kakinya. "...tapi...aku tidak mau merepotkan orang yang baru saja aku kenal" kata Vanessa sambil tersenyum miris ke arah Akira.

"tidak bisa bekerja besok...ya? baiklah...tolong..antarkan aku pulang..." kata vanessa. dia tidak punya pilihan lain selain pulang bersama orang yang belum dia kenal baik ini.

vanessa tetap terduduk di lantai. "eh...anu...kalau tidak keberatan...bisa....bantu aku berdiri? kaki aku makin sakit saja. ahahha.." katanya dengan tawa tanpa rasa bersalah. sudah jelas sakit di kakinya diperparah dengan kelakuan keras kepalanya itu.

Akira hanya menatapnya saja...
"orang asing? kau ini... kita kan rekan kerja." Akira akhirnya menggendong Vanessa lagi, kali ini di punggungnya agar tidak menimbulkan salah paham di pihak lain.

"Tenang saja... aku orang baik... orang-orang yang dipilih oleh Mr. Fellini itu orang-orang yang bisa dipercaya..." Akira bergumam sendiri.

Akhirnya sampai juga mereka di tempat mobil Akira di parkir. Akira langsung membuka pintu penumpang dan mendudukan Vanessa di kursi penumpang. lalu dia berbalik dan duduk di kursi kemudi.
"Pertanyaannya adalah... alamat rumahmu?"

Vanessa agak canggung ketika dia berada di dalam mobil. bukannya dia tidak suka Akira atau apa, hanya saja...satu, akira itu tidak dia kenal dekat; dua, sekarang sudah malam, dan hanya ada mereka berdua di mobil!

"eh? eh?! rumahku? rumahku ada di komplek Westinghouse." katanya. "jalan thompson nomor 45A".

vanessa terdiam sebentar sambil menatap wajah akira. "baik sekali anda mengantarkan aku seperti ini..."gumamnya. dia jadi sedikit terkesima melihat ketampanan akira, apalagi melihat rambut 'daun bawang' akira (julukan vanessa untuk rambut akira:D)

Akira mengangkat alisnya sebelah mendengar pernyataan Vanessa.
"Hahaha... seorang gantleman tidak bisa membiarkan seorang wanita yang sedang terluka pulang sendiri malam-malam begini." Akira menjawab dengan santai.

Ya... akira memang orang yang santai. Santai. Tapi kesantaian itu lama kelamaan hilang karena ketika tanpa sengaja memperhatikan Vanessa, dia merasa Vanessa begitu... menarik. Akira berusaha berkonsentrasi menyetir dan melihat ke luar jendela saja.

Sejak awal Vanessa sudah menimbulkan atmosfir canggung di mobil itu, tapi sekarang Akira juga jadi canggung dan atmosfir di sana jadi tambah canggung dan kurang nyaman.

OOT: ga sabar pengen keesokan harinya dan mendapati Akira yg nembak Selene dan ditolak untuk yang ke 101-kali. Apa reaksi Vanessa?

suasanya bertambah canggung saudara-saudara...

aku tidak suka suasana ini, pikir vanessa. dia hanya melihat ke luar jendela, namun pemandangan hanya lampu-lampu yang menghiasi gelapnya malam.

teringat sesuatu, Vanessa mengambil permen dari tasnya dan memakannya. Tumben sekali, permen pun tidak membuatnya tenang dari perasaan canggung ini.

dia melirik Akira yang menyetir dengan santai, yang tidak memperhatikan dirinya. vanessa sedikit sedih dan kembali melihat keluar. namun yang membuat dia bingung, kenapa dia sedih begini? perasaan yang aneh.

akhirnya vanessa mengambil topik pembicaraan. "o iya, sore tadi aku lihat kamu memperhatikan selene di taman. kamu menyukai gadis itu ya?"

pertanyaan bodoh, straight to the point.

"itu..." Akira tidak ingin orang lain tahu perasaannya itu, jadi dia berbohong, "Aku hanya merasa kasihan padanya, dia anak yg kesepian..."

Akira menoleh pada Vanessa, "siapapun yg menyadari itu pasti merasa ingin memperhatikannya kan? Apalagi kita adalah guru."

Tapi tak lama kemudian, Akira kembali tidak fokus melihat Vanessa. Makin malam 'otak'nya makin...liar... akihrnya akira menepi dan berhenti sejenak, melepas syalnya dan memberikannya pada Vanessa.
"Pakai itu. Tolong pakai dan jangan banyak tanya." Akira memerintahkan sekaligus memakaikannya pada Vanessa.

kemudian Akira menjalankan kembali mobilnya.
"Apa dari jalan ini rumahmu masih jauh?"