[RP] Let's Shopping at Omotesando Mall

OOC :
* RP ini bebas untuk dimasuki siapa saja! Baik Britania maupun Kishidan.
* Lokasi : Layaknya mall biasa, Omotesando mall.
* Gunakan Tag Lokasi untuk tempat yang lebih spesifik, misal : toko baju
* Timeline : 8 Januari 2020 a.t.b setelah Yuto menutup tokonya. Lalu setelah RP ordinary Britannia HQ closed. sehari sebelum RP Ashford Academy. Siang hari.
* Catatan : Tempat merusuh kedua (setelah kedai Yuto) ?
____________________

Siang hari yang terik, membuatnya semakin malas untuk pergi kemana-mana. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju sebuah mall terkenal di Tokyo Settlement, Omotesando mall. Ia berjalan dengan langkah tertunduk saking panas dan malasnya. Langkahnya pun seperti siput.

"Ahh... Kenapa ayah menyuruhku untuk bertanggung jawab?" keluhnya, "Kerusakan kedai sama sekali bukan salahku!"

Yuto Siegfierd, salah satu dari minoritas pria ganteng di Area 11 ini bermaksud untuk mencari toko jasa bangunan di mall tersebut. Suatu hal yang aneh memang, untuk mencari toko bangunan di sebuah mall. Tapi bagi Yuto itu bukanlah hal yang mustahil.

Akhirnya tiba juga dirinya di depan mall tersebut. Ia menegakkan dadanya, bermaksud memperbaiki topi dan kacamata hitam yang dipakainya. Membuatnya semakin tampan. Ia kini memakai T-Shirt putih dan celana jins biru membuatnya tampak nyaman untuk dilihat.

"Aneh, padahal kan masih winter? Kok, panas begini sih? Mana tak ada salju pula? Pengaruh Global Warming memang dahsyat, sudah merubah iklim!" keluhnya.

"Tapi baguslah, karena banyak wanita yang memakai baju Sexy, memperindah pemandangan!" serunya sambil melepas kacamata hitamnya dan menggantungkannya di kerah T-shirtnya.

Ia melangkah masuk ke dalam Mall dan segera memalingkan wajahnya ke kiri dan ke kanan untuk mencari toko jasa bangunan. Namun tak jarang pula bola matanya melirik ke arah wanita-wanita sexy yang memandangnya mesra, walaupun tak ia hiraukan.

"Humm... Dimana ya?" tanyanya pada dirinya sendiri sembari mengacak-acakan rambutnya yang sudah acak-acakan.

8 januari a.t.b

00.30 PM

"hyah..kenapa aku dibawa kesini?" keluhnya. tadi dia bilang ke supirnya untuk mencari tempat makan siang terdekat dan tempat belanja. taunya malah dibawa kemari. dia diturunkan di Lobby mall oleh supirnya dan supirnya itu entah kemana.

siang itu, Sheera mengenakan pakaian bebas, tank top putih dan bolero rajut hitam serta skinny jeans hitam. dia menguncir kuda rambutnya.

"hum..."

Masih mencari, juga masih menggeleng-gelengkan kepalanya kesana kemari, walaupun Yuto tahu bahwa sekarang ia sedang berada di sebuah mall dan bukan diskotik. Seharusnya ia kini sedang santai berada di beranda kamarnya sambil minum air kelapa.

Namun, gara-gara para pelanggannya yang liar itu, kedainya hancur, dan ia harus bertanggung jawab. Sehingga akhirnya ia berada di mall ini bagaikan si bocah petualang yang tersesat. Mencari kesana kemari.

"Hhuh.." keluhnya sambil menghela nafas.

Lalu ia melirik ke arah seorang gadis dengan tank top putih dan bolero hitam yang menarik perhatiannya. Entah kenapa ia merasa familiar dengan rambut panjang gadis itu. Ia berhenti dan menatap gadis itu. Penegasan disini adalah, Yuto tidak sama dengan om-om mesum mabuk. Ia masih berumur 20 tahun dan sedang mengalami masa pubertas. Jadi, wajarkan bila ia memandang tubuh indah seorang gadis?

"Rasanya... aku kenal?" gumamnya pada dirinya sendiri.

Lokasi : Toko Musik, Ometesando Mall
__________________

Waktu yang tepat untuk makan siang bagi pekerja-pekerja, Elean menggunakan waktu itu dimall ini, ia ingin membeli kaset lagu Klasik untuk dikoleksi. alunan Piano ditoko itu membuatnya merasa tenang. sudah lama ia tidak berkunjung ketoko musik.

'mmm...kali ini instrument apa yaa', gumam Elean melihat-lihat rak kaset instrument.

'Piano ?, Biola ?, Cello ?, Flute?, atau accoustic ?', pikir ia kembali.

ia juga mencoba beberapa kaset untuk didengar disana.Elean mengambil salah satu kaset instrument flute, dan langsung mencoba kaset itu disalah satu MP3 untuk pelanggan yang ingin mencoba kaset pilihannya. (aah sayo ga tau namanya =="). dipakainya Handsfree besar. dan didengarnya alunan itu.

...

TERSESAT --a

"Aaaah... ini di mana ya...?"

...

Sebelumnya:

Qwerty berada di laboratorium membetulkan GPS-nya lalu kembali ke ruangannya setelah diseret oleh Raven lalu ke kamarnya, melamun, mendapat telepon dari Kylan, lalu berjalan-jalan... jalan... jalan...

Sampai:

Ia berjalan sangat jauh rupanya, masih memegang telepon genggamnya dan berbicara dengan mantan bosnya, Kylan di sana. Terdengar suara gemerisik dari ponselnya.

"Qwerty bingung ada di mana, rasanya tadi hanya berjalan-jalan di seputar markas kok jadinya ke tempat ini sih?" ia berbicara sendiri di antara kerumunan banyak orang. Mana tidak ada Raven di situ... jadilah ia anak hilang yang tidak tahu tujuan apalagi jalan pulang.

~~~~~~
~~~~~~~
~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~

Lantunan Instrument yang ia dengar membuatnya merasa tenang sekarang.
ia melepas Handsfree (or blablabla). kini ia melihat-lihat alat-alat musik disana.
saat Elean memasuki dibagian Terompet, ia melihat Qwerty yang sedang celingak celinguk kebingungan.
'qwerty ?'

Elean hanya melihatnya heran, 'sedang apa dia disini ?'
melihat qwerty yang nampaknya bingung, Elean keluar sebentar dari toko musik itu dan mendekati qwerty.

"qwerty ?", dia menyapa qwerty dari belakang.
"sedang apa kau disini ?"

Yuto saat itu masih memandang gadis itu, dengan tatapan-kayaknya-kenal yang terpancar dari kedua mata cokelatnya. Namun pikirannya kembali ingat pada tugas yang harus ia jalani, yaitu mencari toko jasa bangunan.

Ia pun memalingkan wajahnya dari gadis itu, dan kembali berjalan-jalan. Namun pandangannya lagi-lagi terfokus pada satu orang lagi. Sepertinya tersesat. Ia pun lalu mendekatinya. Namun ternyata, ada seorang Elite Army yang mendekati orang tersesat itu.

"Lho Elean? Orang itu kenalanmu ya?" sambil menunjuk ke arah orang yang nampaknya tersesat itu.

Quote :

"Lho Elean? Orang itu kenalanmu ya?"

Elean menengok kearah munculnya suara itu, dan ternyata itu yuto.

"ah yuto-san..", sapa Elean.

"yaa, dia salah satu rekan kerjaku", Elean tersenyum kearah qwerty dan juga yuto.

"yuto-san, sedang berbelanja apa disini ?"

"Qwerty, sedang apa kau di sini?"

Sebuah suara menghampiri Qwerty,... oh coba lihat itu Elean. Beruntunglah kau nak' setidaknya ada satu orang yang dikenal di sini.

"Ung... Eleaaan!" Qwerty segera melompat ke arah Elean dan memeluknya. Mungkin takut hilang lagi.

Yuto hanya tersenyum.

"Ya.. aku sedang mencari toko jasa bangunan. Kau tahu kan, kalau kedaiku ancur lebur? Sepertinya saat aku sedang tertidur, beberapa pelanggan liarku melakukan sesuatu yang menghancurkan kedaiku. Aku tak tahu siapa yang memulai, karena itulah aku tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Sialnya ayahku menyuruhku untuk bertanggungjawab!" serunya panjang lebar.

Yuto sengaja sedikit menyepet pada Elean. Ia menggoda gadis itu, dan ingin tahu bagaimana reaksi Elean setelah mendengar kata-kata dari dirinya tersebut. Sungguh jail sekali pikiran Yuto hari ini. Yah... sekadar refreshing boleh saja kan?

"Jadi maukah kau menemaniku mencari toko jasa bangunan? beserta temanmu juga boleh!" tawarnya dengan senyuman yang berarti ganda.

Qwerty akhirnya tersadar bahwa nampaknya Elean sedang berbicara dengan seseorang, ia lalu melepaskan pelukannya dari nona Army itu.

"Eh... eh, siapa ya?" bertanya-tanya tanpa memperhatikan kata-kata Yuuto tadi tentang kedai (yang sebagian rusak karenanya). Melirik sana-sini mencari jawaban.

Quote :

"Ung... Eleaaan!"

Suara yang membuat ia kaget itu langsung membuatnya merinding. ditambah qwerty yang langsung memeluknya. Elean hanya tersenyum, ia mengerti seperti apa jika qwerty sedang bingung dan ia yakin sekali bahwa qwerty sekarang tersesat.

Elean hanya mengelus-elus rambut qwerty.
"kau sedang disini sendirian ?"

Quote :

"Jadi maukah kau menemaniku mencari toko jasa bangunan? beserta temanmu juga boleh!"

kemesuman yuto mulai menyebar kepada Elean. dah huahahhaha ingatlah bahwa Elean itu tidak peka dalam perasaanya.

Elean melihat yuto dengan tatapan datar.
"boleh saja..sekedar membantu yuto-san, qwerty, kau mau ikut ?",Elean menatap qwerty sekarang.

'aku punya Ide..', pikir Elean.

oot: ternyata sudah dibuat duluan topiknya

Lokasi : di toko musik juga

Raven terpisah dari Qwerty. Dan bodohnya lagi dia tidak menyadarinya. Dia asik melihat grand piano di sana. Apalagi ketika melihat senar-senar biola. Matanya tertuju kesana kemari tanpa arah.

Dia melihat ada Grand Piano, dan pekerja yang memainkannya kelihatannya sedang beristirahat. Raven menuju kesana, dia meminta izin pada petugas disebelahnya untuk memainkan piano.

"Maaf, boleh aku memainkan piano ini?" tanyanya berseri-seri

Raven mulai menggerakan tangannya diatas tuts-tuts piano. Memainkan sebuah lagu klasik kesukaannya, "Lacie Song"

Yuto tersenyum pada Qwerty. Merasa ada yang aneh pada orang itu. Sedari tadi ia terus memeluk Elean, orang yang aneh. Dan terlihat sekali bahwa orang aneh itu adalah salah satu dari Elite Army juga.

"Namaku Yuto Siegfierd. Pemilik kedai kopi Siegfierd. Kau sendiri siapa?" tanyanya tanpa basa-basi sambil mengacungkan tangannya untuk berjabatan tangan.

Ia menoleh pada Elean "Tenang saja aku takkan berbuat macam-macam padamu kok! Kau tahu kan, aku sudah punya Sheera... Lagipula aku bukan orang mesum" tambahnya.

... Elean bertanya-tanya padanya, Qwerty hanya bisa menjawab sesingkat mungkin karena ia sedang was-was akibat tersesat.

"Ung... iya Qwerty tersesat di sini, tidak tahu jalan dan..." keburu Elean segera memberi pertanyaan selanjutnya. Membantu Yuuto-san katanya, siapa Yuuto itu?

"Hng... membantu apa?" masih bertanya-tanya.

... Namun tiba-tiba saja telinganya sedikit mencuri sebuah suara. Bisa terdengar? Ya... itu karena otak Qwerty dirancang dengan beberpa penegasan pada alat inderanya. Dan itu adalah suara piano.

'Piano?'

Qwerty segera mencari asal mula suara ini, toko musik... dari sana. Tanpa pengetahuan siapapun ia segera berlari ke arah asal mula suara piano tersebut.

Dan benar apa yang di temukannya, "A..." suaranya terhenti, ingatannya berhenti. Matanya keburu menemukan sesuatu, "Raveeen!!" teriaknya sembari berlari menuju Raven yang tengah asik memainkan pianonya. Bagian yang paling Qwerty suka.

Quote :

"Tenang saja aku takkan berbuat macam-macam padamu kok! Kau tahu kan, aku sudah punya Sheera... Lagipula aku bukan orang mesum"

Elean hanya tersenyum tipis, salah satu alisnya menurun. kayak gini ---->
"baiklaaah....qwerty, kau mau ikut kan ?", Elean menanyakan lagi ke qwerty dan tanpa sadar qwerty sudah menghilang dan tidak memeluknya lagi.

'kemana qwerty ?', kali ini tampang Elean menjadi kikuk dan bingung mencari cari, ia khawatir dia jalan sendiri dan tersesat lagi.

oot: senpai... yang lagi ada di RP itu Yuto... bukan Yuuto...
_____________________

Yuto menoleh lagi ke arah orang yang menurutnya aneh itu. Ia bahkan menyebutnya 'orang' bukan 'gadis', entah kenapa ia seperti itu. Namanya Qwerty, orang itu menyebut dirinya sendiri Qwerty. Ia hanya menggeleng.

"Membantu? Maksudmu mene..." kata-kata Yuto terpotong saat Qwerty berlari ke arah toko musik. Ia sedikit mendekat untuk mengetahui ke arah mana, eh, ke arah siapa Qwerty berlari.

"Hha... Qwerty itu anaknya Raven ya?" katanya, sedikit salah paham.

Ini 'Lacie Song'.

Lagu yang dibuat dengan penuh kesedihan oleh sang jenius pembuat lagu itu. Lagu yang dipasang pada kotak musik yang seluruh orang di sana juga pasti sudah kebanyakan tau tentang lagu itu. Lagu yang menurut Raven sangat sempurna, sampai-sampai dia memainkan piano itu dengan sungguh-sungguh tidak dibiarkannya satu nada keluar dari sana. Sempurna.

Quote :

"Raveeen!!"

Raven yang tadinya memejamkan matanya segera melihat ke arah gadis yang memanggilnya tersebut. Namun dia tetap memainkan Lacie-nya.

"Qwerty! Aku senang kau ternyata sudah menemukanku. Bagaimana bisa? Ah, ya! Bagaimana permainanku tadi?" Raven terlihat sangat senang.


oot: otak saya error..OK, YUTO
ah, saya juga nanti salah lagi..

lokasi : toko musik

riona memandangi toko musik dihadapannya . ditangannya tertenteng beberapa tas belanjaan . matanya seperti menerawang ke dalam .

"Rio, ayo!" teriak temannya yang sudah di depan . siang ini Rio memang sedang shoping dengan teman-temannya di tempat latihan senam . toko musik di hadapannya ini benar-benar menarik perhatiannya, apalagi setelah mendengarkan dentingan piano yang lembut dari dalam .

"Kalian duluan saja !" balasnya kepada teman-temannya sambil tersenyum . teman-temannya melambaikan tangan . Rio memutuskan untuk masuk. dia berjalan dengan pelan , melihat-lihat berbagai jenis alat musik yang tergantung disana . matanya tertuju pada biola yang sepertinya sudah cukup tua umuenya , dan menyentuhnya pelan .

"Aku kangen main biola ..." gumamnya lembut .

Quote :

"Hha... Qwerty itu anaknya Raven ya?"

"raven ? memang ia ada disini ?", kali ini tidak hanya qwerty yang ia cari, dia melihat keseliling mencari sosok pocky boys itu.

kini ketenangan yang ia rasakan memudar jadi keheranan.

"yuto-san..kenapa kau tidak ajak sheera-sama ?", tanya elean sambil berjalan.

________________
oot : yuuto-chan ngobrol sambil jalan aja...ya !

Yuto menoleh ke arah Elean. "Sebentar dulu Elean, aku ingin mengunjungi Raven di dalam toko musik itu" katanya.

Namun, ia sempat berhenti sejenak, "Memangnya Sheera ada di mall ini?" tanyanya. Lalu ia kembali berjalan menuju toko musik tersebut.

Dasar... plinplan.

Yuto kemudian masuk ke dalam toko musik tersebut, melihat Raven dan Qwerty yang seperti seorang ayah yang baru saja menemukan anaknya yang tersesat di dalam mall. Kira-kira seperti itulah hubungan Raven dan Qwerty yang terbentuk dalam otaknya.

Ia pun lalu mendekati Raven. "Jadi, Qwerty itu anakmu Raven?" tanyanya tanpa rasa bersalah, walaupun ia tahu orang seumur Raven tidak mungkin memiliki seorang anak yang terlihat seperti remaja itu.

Okay, Yuto hanya menggodanya saja. Betapa senangnya ia menggoda orang lain.

"Qwerty! Aku senang kau ternyata sudah menemukanku. Bagaimana bisa? Ah, ya! Bagaimana permainanku tadi?"

... Bagaimana bisa? Jelas bisa anak ini kan ajaib~

"Qwerty tadi tersesat... hng, bagaimana ya... tiba-tiba saja terdengar suara piano dan Qwerty rasa itu adalah Raven," ia tersenyum bangga. Dan soal permainannya, tentu saja sebuah standing aplause (karena ia sedang berdiri) untuk Raven, "Permainan yang bagus sekali!" serunya senang.

... namun, "Ah, tadi Qwerty bertemu Elean tapi dia di mana ya?" teringat dengan Elean dan temannya Yuto tadi, lagi-lagi kembali bingung.

Dan... ah, itu mereka di sini. Qwerty hanya memandang Yuto penuh tanda tanya. Di mana letak ayah-dan-anak antara dirinya dan Raven?

OOTe: saya salah tulis ya~

Quote :

"Jadi, Qwerty itu anakmu Raven?"

APA? ekspresi Raven langsung seperti orang yang tersambar petir.Memangnya aku ini terlihat tua ya? Ya ampun..

"Hahaha," lagi-lagi tertawa yang dipaksakan."Apa maksud Yuto-san? Dia temanku..Apa aku ini benar-benar terlihat tua ya?"

Raven melirik Riona. Seorang gadis yang sepertinya tertarik pada sebuah biola yang tadi dia lihat juga. Memang bagus.

Quote :

"Permainan yang bagus sekali!"

Raven tersenyum senang. Itu artinya permainannya tadi sudah lumayan. Dia takut ada nada-nada yang salah dia mainkan.

Quote :

"Sebentar dulu Elean, aku ingin mengunjungi Raven di dalam toko musik itu"

"okaay...", Elean hanya tersenyum dan mulai mencari-cari qwerty lagi.

"dimana dia ?", timbul garis-garis hitam dipinggir kepala Elean.

saat Elean memegang sesuatu ditangannya, yaitu Notes yang ia punya untuk mengatur jadwalnya.
tertulis, "BELI KASET INSTRUMENT"

"oh tidak...jadi lupa beli kaset kan", Elean mulai bingung sekarang.
dia harus mencari qwerty dan membeli kaset pula.
hhhhh...

Yuto hanya tersenyum. Ia tahu tawa yang dilepaskan Raven adalah tawa yang memaksa. Okay, siapa yang suka kalau dirinya dibilang tua orang lain. Bahkan oleh seseorang yang derajatnya bisa dibilang berada di bawah.

Namun hal itu tidak berlaku bagi Yuto.

"Hhahaha... aku tahu kau lebih muda dariku... tapi auramu menunjukkannya. Hhahaha!" godanya, sambil menyebarkan aura ketampanannya.

Ia lalu terdiam sejenak, dan menempatkan tangannya di dagunya.

"Okay, aku bercanda tadi. Katakan padaku, sebenarnya apa yang kalian SEMUA perbuat sampai kedaiku HANCUR seperti itu?" tanyanya, agak menekankan intonasinya pada kata 'semua' dan 'hancur'.

"Aku serius..."